Perubahan iklim yang semakin tak terhindarkan serta penurunan kondisi permukaan tanah menjadi isu serius bagi kota-kota di seluruh dunia. Jakarta, sebagai salah satu kota yang terdampak, mengalami penurunan tanah yang signifikan, dengan laju rata-rata sekitar 7,5 cm setiap tahun. Di beberapa daerah, angka ini bahkan mencapai 25 cm per tahun.
Untuk mengatasi penurunan tanah yang kian meresahkan, Jakarta telah mengambil langkah melalui program NCICD (National Capital Integrated Coastal Development), yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai Pembangunan Terpadu Pantai Ibukota Negara (PTPIN). Program ini melibatkan tiga tahap utama: tahap pertama fokus pada menghambat penurunan tanah, meningkatkan kualitas air, dan memperkuat infrastruktur tanggul laut dan sungai. Fase kedua melibatkan pembangunan tanggul barat terluar dan kelanjutan perbaikan kualitas air. Sementara itu, tahap terakhir akan mencakup pembangunan tanggul laut terluar di bagian timur serta pembangunan waduk besar dengan zona ekonomis.
Dalam konteks kondisi Jakarta dan pertimbangan akan manfaat serta urgensi akses dermaga bagi masyarakat yang terkena dampak konstruksi tahap pertama NCICD, Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (Balai Litbang Pantai Puslitbang SDA) bersama dengan BBWS Cilicis (Balai Besar Wilayah Sungai Cilicis) mengusulkan pelaksanaan Pilot Project di Desa Kalibaru, Jakarta Utara. Proyek ini bertujuan untuk memanfaatkan konsep dermaga apung modular sebagai solusi inovatif.
Pilot Project Dermaga Apung dengan sistem modular sedang dijalankan di Desa Kalibaru. Keberadaan dermaga apung ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam mengatur kehidupan masyarakat nelayan di Kalibaru serta daerah-daerah sekitarnya, dan mendukung aktivitas sosial dan ekonomi di wilayah tersebut.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi akibat perubahan iklim, proyek seperti ini menunjukkan langkah inovatif yang diambil oleh pemerintah dan lembaga terkait untuk mengatasi dampak yang mungkin ditimbulkan oleh perubahan lingkungan.
Dalam upaya untuk menghadapi perubahan iklim dan penurunan tanah yang mengancam, inisiatif progresif seperti pembangunan dermaga apung modular menjadi contoh nyata bagaimana pemerintah dan institusi terkait berusaha mencari solusi yang sesuai dengan kondisi yang ada. Keputusan untuk memilih Desa Kalibaru sebagai lokasi pilot project ini menunjukkan komitmen untuk merespons secara konkret tantangan perubahan iklim yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Proyek ini menjadi peluang bagi warga nelayan di Kalibaru dan area sekitarnya untuk mengoptimalkan pemanfaatan dermaga apung dalam aktivitas sehari-hari mereka. Dengan adanya dermaga ini, diharapkan akan terjadi peningkatan dalam pengaturan serta pemberdayaan nelayan dalam menjalankan kegiatan perikanan dan sosial ekonomi.
Keberhasilan pilot project Dermaga Apung di Desa Kalibaru dapat menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain yang menghadapi perubahan lingkungan serupa. Inovasi seperti ini menunjukkan bahwa sumber daya dan teknologi lokal dapat digunakan untuk merancang solusi yang efektif dalam menghadapi dampak perubahan iklim dan kondisi lingkungan yang semakin kompleks.
Dalam beberapa waktu mendatang, hasil dari pilot project ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berharga dan data nyata tentang efektivitas dermaga apung modular dalam mengatasi tantangan perubahan iklim dan penurunan tanah. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya akan memberikan manfaat bagi masyarakat Desa Kalibaru, tetapi juga dapat memberikan sumbangan berharga dalam menghadapi tantangan global yang lebih luas.